Matahari belum terlalu terik ketika saya
sampai di kawasan Kota Tua. Salah satu teman berjalan memimpin di depan
menunjukkan tempat yang akan kami datangi hari ini. tepat di seberang stasiun
kota, gedung ini sudah berdiri selama
dua abad. OLVEH, orang-orang kini tahu sang gedung ternyata mempunyai nama yang
manis. Onderlinge Levensverzekering Van
Eigen Hulp, itulah singkatan dari nama gedung tersebut. Gedung yang
dibangun pada tahun 1921 adalah karya cipta dari firma Schoemaker yang
didirikan oleh C.P. Wolff Schoemaker seorang arsitek belanda yang lahir di
Banyubiru, Semarang Jawa tengah.
Sekilas
gedung ini terlihat biasa saja.catnya berwarna putih dan terdiri dari tiga
lantaiGedung OLVEH ini baru saja selesai di revitalisasi tahun ini. sebelumnya
OLVEH, hanyalah sebuah gedung tua yang bernasib sama dari kebanyakan gedung tua
di Indonesia, tak terawat. Kini OLVEH, menjadi sangat indah dan menawan dilihat
mata yang berjalan melintas di jalan Jembatan Batu.
Saya
dan salah satu teman saya, bukan hanya sekadar melihat rupa si cantik OLVEH
ini, namun juga kami ingin lebih mengenal dan memahami OLVEH lebih dalam
melalui diskusi yang diselenggara kan oleh
Independent research and advisory Indonesia (IRAI), Jakarta Old Town
Revitalization Corporation (JOTRC) , Jakarta Endowment for Arts & Heritage
(JEFORAH), dan sarasvati Art Communication and publication.
Ada
lima pembicara yang hadir dalam diskusi bertema ‘hidden Treasure of art deco’ yang membahas tentang sejarah gedung OLVEH. Penuturan
sejarah OLVEH, dimulai dari ibu Pauline K.M. van Roosmalen selaku pakar sejarah
dan arsitektur kolonial. Saat beliau menuturkan bagaimana beliau mulai mencari
jejak si OLVEH, saya tercenung, susah sekali mengenal si cantik ini. ibu
Pauline sampai harus menghubungi rekan nya di negeri Belanda, untuk mengetahui
jejak OLVEH, dan tak hanya sampai disitu, ibu Pauline juga mencari
sumber-sumber lain yang kebanyakan berasal dari Negaranya. Gila, tuturku dalam
hati, saat melakukan presentasi ini, beliau berkata bahwa hal yang ia lakukan
ini belum sepenuhnya selesai. Masih banyak hal yang harus digali lebih lanjut
untuk mengenal si OLVEH.
Diskusi
semakin menarik ketika, Boy Bhirawa arsitek yang ditunjuk untuk memimpin
revitalisasi OLVEH, menceritakan beberapa kendala yang dihadapi ketika
me-revitalisasi gedung ini, termasuk kendala pada lantai satu dimana ia harus
kembali menggali lantai gedung itu untuk mencari dasar asli si cantik ini, bersama Pak
Candrian selaku pakar arkeologi, mereka bekerjasama untuk menemukan jati diri
sebenarnya si OLVEH. Selain lantai ada beberapa titik yang dirombak dan dilakukan dengan sangat cermat dan
teliti. Hal ini dilakukan karena tujuan dari revitalisasi itu sendiri adalah
menemukan jiwa si gedung. karena jiwa bangunan adalah cerminan dari jiwa kotanya.
Tak
hanya OLVEH saja yang di revitalisasi, namun ada beberapa gedung tua yang
sedang dan sudah te- revitalisasi dan
ada juga yang tengah menanti untuk dikenal dan dipahami lebih jauh mengenai asal
mereka dan siapa pencipta mereka. ini
saatnya bagi kita untuk menumbuhkan rasa kepedulian kita pada sekitar, dan
semakin memupuk rasa keingin tahuan yang besar pada jiwa terpendam si gedung-gedung tua. Dari
langkah itu, kita akan membantu gedung –
gedung tua ini menunjukkan jati diri
mereka yang sebenarnya. (EAD)
