Monday, June 27, 2016

Membangkitkan Jiwa si Gedung Tua

Matahari belum terlalu terik ketika saya sampai di kawasan Kota Tua. Salah satu teman berjalan memimpin di depan menunjukkan tempat yang akan kami datangi hari ini. tepat di seberang stasiun kota, gedung ini sudah  berdiri selama dua abad. OLVEH, orang-orang kini tahu sang gedung ternyata mempunyai nama yang manis. Onderlinge Levensverzekering Van Eigen Hulp, itulah singkatan dari nama gedung tersebut. Gedung yang dibangun pada tahun 1921 adalah karya cipta dari firma Schoemaker yang didirikan oleh C.P. Wolff Schoemaker seorang arsitek belanda yang lahir di Banyubiru, Semarang Jawa tengah.

                Sekilas gedung ini terlihat biasa saja.catnya berwarna putih dan terdiri dari tiga lantaiGedung OLVEH ini baru saja selesai di revitalisasi tahun ini. sebelumnya OLVEH, hanyalah sebuah gedung tua yang bernasib sama dari kebanyakan gedung tua di Indonesia, tak terawat. Kini OLVEH, menjadi sangat indah dan menawan dilihat mata yang berjalan melintas di jalan Jembatan Batu.



                Saya dan salah satu teman saya, bukan hanya sekadar melihat rupa si cantik OLVEH ini, namun juga kami ingin lebih mengenal dan memahami OLVEH lebih dalam melalui diskusi yang diselenggara kan oleh  Independent research and advisory Indonesia (IRAI), Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC) , Jakarta Endowment for Arts & Heritage (JEFORAH), dan sarasvati Art Communication and publication. 

                Ada lima pembicara yang hadir dalam diskusi bertema ‘hidden Treasure of art deco’ yang membahas  tentang sejarah gedung OLVEH. Penuturan sejarah OLVEH, dimulai dari ibu Pauline K.M. van Roosmalen selaku pakar sejarah dan arsitektur kolonial. Saat beliau menuturkan bagaimana beliau mulai mencari jejak si OLVEH, saya tercenung, susah sekali mengenal si cantik ini. ibu Pauline sampai harus menghubungi rekan nya di negeri Belanda, untuk mengetahui jejak OLVEH, dan tak hanya sampai disitu, ibu Pauline juga mencari sumber-sumber lain yang kebanyakan berasal dari Negaranya. Gila, tuturku dalam hati, saat melakukan presentasi ini, beliau berkata bahwa hal yang ia lakukan ini belum sepenuhnya selesai. Masih banyak hal yang harus digali lebih lanjut untuk mengenal si OLVEH.

                Diskusi semakin menarik ketika, Boy Bhirawa arsitek yang ditunjuk untuk memimpin revitalisasi OLVEH, menceritakan beberapa kendala yang dihadapi ketika me-revitalisasi gedung ini, termasuk kendala pada lantai satu dimana ia harus kembali menggali lantai gedung itu untuk mencari  dasar asli si cantik ini, bersama Pak Candrian selaku pakar arkeologi, mereka bekerjasama untuk menemukan jati diri sebenarnya si OLVEH. Selain lantai ada beberapa titik yang dirombak  dan dilakukan dengan sangat cermat dan teliti. Hal ini dilakukan karena tujuan dari revitalisasi itu sendiri adalah menemukan jiwa si gedung. karena jiwa bangunan adalah  cerminan dari jiwa kotanya.

                Tak hanya OLVEH saja yang di revitalisasi, namun ada beberapa gedung tua yang sedang dan sudah te- revitalisasi  dan ada juga yang tengah menanti untuk dikenal dan dipahami lebih jauh mengenai asal mereka  dan siapa pencipta mereka. ini saatnya bagi kita untuk menumbuhkan rasa kepedulian kita pada sekitar, dan semakin memupuk rasa keingin tahuan yang besar pada  jiwa terpendam si gedung-gedung tua. Dari langkah itu, kita akan membantu  gedung – gedung tua ini menunjukkan jati diri  mereka yang sebenarnya. (EAD)

                                 

No comments:

Post a Comment