Sunday, February 28, 2016

Cara Asyik Menikmati Wisata Kota Tua Jakarta

Siapa yang tidak kenal kawasan wisata Kota Tua Jakarta? Bagi kamu warga Jabodetabek, sebagian besar sudah sering nongkrong atau setidaknya melewati kawasan wisata ini. Bisa jadi, malah kamu sudah cukup aktif ikut event, komunitas, atau sewa onthel untuk tur  di sana.

Nah bagi kamu yang masih memanfaatkan Taman Fatahillah hanya sebagai  tempat ketemuan, nongkrong-nongkrong dan selfie.. Yuk mari coba cara lain yang lebih seru dan mengasyikkan untuk menikmati Kota Tua Jakarta, mulai dari Taman Fatahillah sampai ke situs-situs lain yang perlu kamu ketahui dan jaga kelestariannya sebagai cagar budaya.


Pertama : Ikut Trip Jelajah Kota Tua

Sebanyak apa pengetahuanmu tentang Kota Tua Jakarta? Saya tidak akan cerita panjang lebar tentang sejarah Batavia, dari kedatangan Belanda di Jayakarta sampai dengan tembok Batavia dihancurkan.

Tapi jika kamu merasa kurang pemahaman, mengapa tidak ikut tur Kota Tua saja. Perlu kamu ketahui, Kota Tua Jakarta itu tidak melulu di Taman Fatahillah saja, yuk mari jelajahi setiap sudutnya.

Mulai dari Museum Sejarah Jakarta, dan museum-museum lain di sekitar Taman Fatahillah kamu bisa tambah pengetahuan melalui museum. Memang seru ya, belajar di museum? eits, museum bukan hanya sebagai galeri barang antik lho, tapi menyediakan informasi supaya pengunjung tahu identitas sebuah kota, cerita tentang peristiwa, atau sejarah perjalanan institusi serta tokoh. Tentunya saksi bisu ini bisa dijadikan media belajar kamu.

Selain museum, ikut tur yang disediakan komunitas-komunitas penjelajah Kota Tua Jakarta atau agen perjalanan di Jakarta.
Kalau bingung mau kemana selain bersepeda, kunjungi Local Working Group Kota Tua (Lwg Kota Tua), yang selalu siap sedia membantu kamu di tenda informasi, perpustakaan Taman Fatahillah. Mereka pun juga akan mereferensikan dengan apa dan bagaimana kamu bisa menjelajahi kota.

Sebutlah, Komunitas Onthel salah satunya, cukup dengan 50ribu - 75ribu rupiah kamu akan diantarkan ke 5 situs sejarah di Kota Tua Jakarta. Bersama komunitas ini kamu bisa bersepeda atau minta diboncengi untuk berkeliling.

Kalau ternyata kamu minat jalan-jalan sambil belajar sejarah, adapun komunitas lain seperti Komunitas Historia Indonesia, Jelajah Budaya, atau Sahabat Budaya Indonesia. Dalam berbagai kesempatan, mereka terbuka mengantarkan grup kamu atau open trip untuk keliling, beberapa komunitas mungkin akan ada jadwalnya sendiri.

Adalagi? Coba deh cek facebook, ada beberapa komunitas yang tidak hanya sebagai media belajar sejarah, tetapi mereka juga mengadakan kopi darat untuk terjun langsung lihat kondisi lapangan.



Kedua : Cek Agenda Workshop dan Ikuti Sesuai Minat

Tanyakan di tenda informasi, atau kamu ikuti pertemanan dengan Lwg Kota Tua biasanya menyediakan informasi seputar event yang berlangsung. Ada kegiatan yang rutin dan tidak rutin.

Salah satu kegiatan rutin, kamu bisa coba ikut membatik di Kota Tua. Diasuh oleh Sahabat Budaya Indonesia (Bang Ahmad sebagai ketuanya), kegiatan membatik ini rutin diadakan setiap Sabtu minggu pertama setiap bulannya. Melalui workshop ini, kamu akan mencoba dan belajar tentang batik, dari pembuatan sampai makna-maknya.

Juga ada kegiatan workshop lain yang disediakan museum, seperti membuat wayang di Museum Wayang, atau kerajinan keramik, dan lainnya.


Ketiga : Belajar Sejarah Bangunan Tua

Tidak terbatas di museum saja, keliling dan sambil lihat soal bangunan pastinya ada banyak cerita dibaliknya, Kalau penulis sendiri, terkadang suka iseng memotret bangunan luarnya kemudian cari tahu informasi dari komunitas facebook: Bangunan Kolonial, Indonesia Djaman Kepungkur, atau lain-lainya (banyak banget sih, mereka ini semangat belajarnya tinggi sekali  sampai banyak topik soal sejarah pun dibuat grup-grup). Kalau mau cari sendiri, bisa juga dengan googling,

Bangunan tidak melulu soal gedung, tapi juga rumah, sekolah, atau reruntuhan benteng Batavia (ada? ada donk, yuk mari keliling). Jangan lupa ya, ijin dengan pemilik jika ingin masuk atau memotret, cari tahu dulu sebelum foto, dan perlakukan hati-hati karena ini bangunan cagar budaya.

Baiknya sih, bisa cek buku-buku soal bangunan tua, coba cari di perpustakaan siapa tahu ada.
Selain bangunan ada lagi? ada kok ; makam tua
Serius, dari makam kamu bisa belajar tentang tokoh-tokoh yang makamnya masih ada di kawasan Jakarta, khususnya Kota Tua Jakarta.
Tunggu kabar selanjutnya tentang trip ini, ya ^^


Kok belajar terus sih? Sudah bosan,ya?

Belum selesai, nih masih ada yang Keempat : Nonton pertunjukan Cagar Budaya Tak Benda

Apa itu Cagar Budaya Tak Benda,? Cagar budaya selain berbentuk benda, juga ada yang hanya bisa dilihat atau diikuti, salah satunya berbentuk kesenian.

Setiap akhir pekan, di depan kantor Konservasi Cagar Budaya (dekat pintu masuk dari arah Museum Bank Indonesia), juga di depan gedung arsip (sebelah Museum Wayang).
Pertunjukkannya ada apa saja, ada Keroncong Tugu (keroncong bersejarah dari Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara), atau pencak silat, ada juga tarian daerah Jakarta, selain dari Jakarta ada juga sajian lain dari luar Jakarta.
Mau ikutan menyanyi pun dipersilahkan lho sambil diiringi pemusik dari Keroncong Tugu,


Cukup empat saran dulu,. Yakin, Kota Tua Jakarta tidak akan ada habisnya kita jelajahi dalam waktu satu sampai dua hari saja. Nah seru kan tidak hanya duduk-duduk di Taman Fatahillah saja,

Perlu kalian ingat jika mengunjungi kawasan cagar budaya, tidak boleh sembarang memegang, menginjak, apalagi memanjat. Demi foto keren kamu rela merusak cagar budaya? ih itu mah gak keren.

Ikuti peraturan berlaku seperti membuang sampah pada tempatnya. Sangat baik taat peraturan, karena pengunjung bukan hanya kamu dan saya saja, tetapi orang lain juga, dan tentunya keturunan-keturunan kita nanti yang layak melihat kekayaan sejarah dan budaya Jakarta sebagai bagian dari wilayah Indonesia.


Yuk, mari berwisata di Kota Tua Jakarta secara seru, mengasyikan, benar dan sehat.





Wednesday, February 24, 2016

Workshop Sinau Membatik “Sahabat Budaya Indonesia”

Seberapa cintanya kamu dengan wastra Indonesia? Wastra adalah kain tradisional yang sarat makna, misalnya batik dan tenun. Jadi kamu yang lagi gemar memakai batik, sudah pahamkah motif apa yang terkandung di dalamnya?  

Salah satu contohnya batik sebagai kain Nusantara yang tidak pernah lepas dari filosofi dan siklus kehidupan seseorang, khususnya dalam budaya Jawa. Dari lahir sampai kematian dari motif kain melambangkan doa dan harapan bagi si pemakainya. Bahkan di daerah tertentu di Jawa, warna dan motif merupakan identitas si pemakai. Ayo, jangan sampai memakai batik tetapi tidak tahu artinya.

Mari belajar bersama Sahabat Budaya Indonesia, dalam Workshop Sinau Membatik setiap hari Sabtu minggu pertama, jam 10.00 – 15.00 di Perpustakaan Taman Fatahillah Kota Tua, Jakarta Barat. Biayanya dikenakan per kain berpola seukuran saputangan. Hanya Rp50.000,- untuk dewasa, Rp40.000,- untuk anak-anak, dan Rp75.000,- untuk wisatawan asing.

Di sini kamu tidak hanya diajarkan membatik di atas kain berpola, tetapi juga diajarkan teknik pewarnaan, pengenalan bahan, bahkan soal motif-motif kain.

Melalui workshop ini kita akan dibimbing oleh Bang Ahmad (Muhammad Sartono) yang sejak tahun 1982 sudah belajar mendalami wastra Nusantara. Kita bisa puas bertanya dan saling diskusi soal batik membatik. Yuk lihat rincian acaranya dari gambar di bawah ini:




Workshop ini terbuka untuk umum. Selain di Kota Tua Jakarta, dengan perjanjian dan kesepakatan terlebih dulu, workshop ini terbuka untuk permintaan grup dari wisatawan, sekolah, institusi pendidikan, maupun yayasan atau komunitas yang ingin berperan serta mendukung pelestarian batik sebagai warisan budaya asli Indonesia. 

Jelajah Kota Tua Bersama Jelajah Budaya : Jejak Tionghoa di Batavia

Menyambut perayaan Imlek tanggal 8 Februari 2016, komunitas Jelajah Budaya menyelenggarakan kegiatan jelajah kota tua khususnya di kawasan pecinan, Glodok sehari sebelumnya. Tema jelajah Kota Tua kali ini memang menyoroti jejak kedatangan Tionghoa ke Batavia, dan bagaimana pengaruh dan akulturasi budaya mereka di sini sampai dengan masa kemerdekaan, hingga sekarang.

Peserta jelajah Kota Tua, yang banyak menggunakan dress code merah, dibagi ke dalam empat kelompok sesuai jam kedatangan. Memulai rute dari Taman Fatahillah sebagai bekas pusat pemerintahan Batavia, menuju Jalan Pintu Besar, Pintu Kecil sampai ke Pancoran Glodok, yang dulu lokasinya terletak di luar benteng Batavia. Pemandu menjelaskan tentang peristiwa, sejarah tempat, ciri khas bangunan di setiap pemberhentian.

Tidak terlewatkan bangunan Toko Merah, bangunan simetris di tepi Sungai Ciliwung yang sampai saat ini warnanya menarik perhatian. Bangunan berasitektur Eropa dan Tionghoa tersebut sudah banyak mengalami alih fungsi. Salah satunya sebagai pusat pendidikan dan pelatihan perwira di bidang pelayaran atau akademi maritim tertua di Asia.

Memasuki Jalan Pintu Kecil, pemandu menjelaskan bagaimana orang-orang Tionghoa datang ke Batavia karena direkrut oleh pihak pemerintah, kemudian sikap pemerintahan Belanda saat itu sejak pesatnya pertumbuhan penduduk Tionghoa di kawasan Batavia, sampai terjadi perang Geger Pacinan atau Geger Cina  (1740) silam yang menelan korban puluhan ribu jiwa warga Tionghoa di dalam kota Batavia, hingga tahun 1741 menyusul peristiwa serupa di beberapa wilayah Pulau Jawa.

Melewati beberapa gang-gang kecil sambil bercerita, penjelajahan juga diselingi mampir ke rumah-rumah ibadah seperti Klenteng, Vihara, dan Gereja yang masih memiliki bangunan kental dengan arsiktektur China. Perjalanan berakhir di Vihara Dharma Bhakti dengan foto bersama. Di sini persiapan perayaan Imlek terasa semakin semarak dengan lampion dan banyaknya orang hilir mudik.

Komunitas Jelajah Budaya adalah komunitas yang sudah berdiri sejak 2006 lalu, mengajak mereka yang ingin tahu banyak soal sejarah dan budaya kota. Jelajah Budaya mengadakan acara serupa dalam peristiwa atau perayaan tertentu dan mengulasnya dikemas dalam bentuk program jalan-jalan wisata.  

Workshop Membatik Bersama Sahabat Budaya

Ketua Sahabat Budaya Indonesia, Muhammad Sartono (Bang Ahmad) mengadakan acara “Workshop Sinau Membatik” di perpustakaan Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat. Penyelenggaraan acara ini mulai rutin diadakan setiap hari sabtu, minggu pertama setiap bulannya sejak Februari 2016.

Workshop Sinau Membatik akan rutin diadakan dalam rangka semakin mengenalkan budaya kain batik kepada seluruh generasi Indonesia, juga terbuka untuk wisatawan asing.

Bermula dari proses memberikan malam di atas kain berpola, ada suatu kelebihan yang ditawarkan pada workshop membatik miliknya. Tidak hanya teknik dasar saja sampai proses pewarnaan, secara bertahap ia akan menjelaskan macam-macam teknik tersebut dan bagaimana proses kain dibuat sampai hasil jadi berikut nama bahan yang dipakai.

Selain itu, Bang Ahmad memberikan penjelasan informatif mengenai sejarah batik serta filosofinya berdasarkan tempat asal masing-masing kain digunakan. Dalam setiap kesempatan, pria yang mendalami kain batik ini, menggunakan sarung atau bawahan batik motif nitik sebagai etalase berjalan mengenalkan batik kepada khalayak umum.

Kecintaannya akan batik, yang sudah dipelajarinya sejak tahun 1982, juga menghadirkan koleksi kain Nusantara sebagai pemanis backdrop acara. Tentunya tidak hanya sebagai hiasan, kain-kain cantik tersebut dipergunakan sebagai peraganya ketika menyampaikan pengetahuan soal batik membatik.

Canangannya sudah berjalan tahun lalu, secara khusus mengenalkan kepada siswa sekolah untuk membatik. Ke depannya Sahabat Budaya Indonesia akan terus melestarikan kain batik, dengan menerima grup sekolah, universitas dan umum, di luar jadwal rutin dengan perjanjian.

Jika Anda berminat menghadiri kegiatan Workhop Sinau Membatik, dapat mengunjungi perpustakaan Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta, Jakarta Barat. Kegiatan akan dimulai pukul 10.00 – 15.00 setiap hari Sabtu, minggu pertama setiap bulan.

Biaya mengkuti workshop satu kain seukuran sapu tangan senilai Rp50.000,- untuk umum domestik, dan Rp75.000,- untuk wisatawan asing. Informasi lainnya, bisa lihat gambar di bawah ini, dan akan diumumkan setiap bulannya.